welcome to my site

Minggu, 27 Juni 2010

I Wanna Tell You My Story

10 thing that can't be changed:
  1. Mom and dad has divorced
  2. Each them have their new love
  3. Mom and Dad never have convesation each other
  4. After their divorce appointment our (me and my two sister) life changed 180 degree
  5. Dad a stingy man
  6. Dad more loved his "new family" than us
  7. Our(me and my two sister) life like a pinball
  8. I and my second sister never loved had stayed in this house
  9. Mom can't leave her love
  10. I don't know which is the truth, i always feel was lied.

12/09/10
Bab. 1 Miris

Masa kecil yang kuingat adalah suram...
pelarian kami malam-malam saat itu merupakan gagasan gila bila yang menilainya
anak SMA kelas 3. aku, kak Lia, dan kak Citra bersama mama meninggalkan rumah papa
dan saat itu yang kami berempat(oh,,mungkin aku tak masuk hitungan) ralat : mereka bertiga pikirkan adalah memulai hidup baru tanpa harus ada sosok ayah di sisi kami. (seolah-olah aku kuat saja)
Saat itu aku benar-benar dini untuk memikirkan dan menganalisanya mengapa kami harus keluar dari rumah idaman para pekerja pertamina itu?
seingatku, karena aku menentang adanya seseorang di hati papa selain aku, kedua kakakku, dan tentunya mamaku sendiri. aku menyaksikannya sendiri melalui sms papa dengan perempuan itu yang entah siapa dia dengan kata-kata yang tak pernah kulupa : "kamu udah makan ^SAYANG^" mungkin kalau aku membacanya saat berumur 17 tahun ini mungkin respon aktivitas refleks tercepatku adalah meremukkan hp papa.
tapi sayangnya aku tak mendapatkan kesempatan itu saat itu karena kejadiannya jauh saat aku berumur 9 tahun. ya, akulah si gadis ingusan yang mudah saja ditipu papa yang raja midas itu. cihh...payah..
ya sudalah...mau diapakan lagi, namanya juga anak kecil.
hmm..kami dibawa menuju rumah pak made yang menjadi tempat tinggal bersama bi'lara dan kedua anaknya. Mirisnya keluarga kecil ini sama-sama tidak punya kepala keluarga laki-laki, tapi beda ceritanya dengan mama, bi' lara ditinggal meninggal oleh suaminya dan kabarnya saat itu mereka mualaf.
Bi' Lara dulu nikah dengan om Victor seorang kristiani. Mereka dikaruniakan anak dua orang, Helena dan Lulu. Tapi alhamdulillah bi' Lara sudah mendapat hidayah untuk kembali ke jalan Allah saat sebelum kami tinggal bersama.
Tapi, keluarga kecil ini ternyata hanya seumur jagung, setelah jalan sekitar 6 bulan di sana, kami saling merasakan ketidaknyamanan karena krisis kepercayaan. Akhirnya keluarga kecil ini memutuskan untuk berpisah, keluargaku di rumah tante Joana, dan keluarga Helena aku tak mengingat tempat mereka selanjutnya dimana.
Kemudian di rumah tante Joana kami menjalani hari-hari yang biasa-biasa saja, dan tetap melakukan aktivitas sekolah kami seperti biasa. Memang kami pertama kali berkomitmen saat menerima ajakannya untuk tinggal bersamanya agar kami tidak boleh patah semangat dan memaklumi keadaan yang serba pengetian. Jujur sebenarnya aku tak menerima kenyataan ini, bahwa kami harus tinggal menumpang di rumah orang. beberapa tahun kemudian waktu aku duduk di kelas 6 SD aku menyatakan ketidakpuasanku dengan kondisi rumah tante joana, dan perhatian tante Yuli yang mulai berubah menjadi memusuhiku karena ia menilaiku anak pemalas yang hanya bisa menjadikan dirinya yang mulia itu jadi pembantu di rumah itu.
Akhirnya mama memutuskan untuk mencari rumah kontrakan, karena bukan aku saja yang bentrok dengan si lucifer satu itu (tante Yuli), tapi kak Citra juga.
Tetap saja keputusan finalnya keluargaku ini belum sanggup untuk tinggal pisah...uugh...
Tampaknya mama tak bisa lepas dari ketiak tante Joana.
Aku sangat aneh melihat kedekatan mama dan tante Joana yang saat itu aku masih terlalu dini untuk memikirkannya.

Bab.2 Perih Untuk Diingat, Sakit Untuk Dipendam

Hm....dadaku terasa sakit menahan tangis agar terlihat tegar di mata mama. Aku kesal kenapa kak Citra selalu saja dibela mom kalau kami bentrok. Terkadang dalam setiap perkelahian kami aku yang benar, alih-alih mom memarahiku karena aku yang tidak mau mengalah. Padahal kapan sih aku tidak mengalah dengan si nenek sihir Citra itu, cih....
ya sudahlah.
Besok kak Citra (sekarang"21th) berangkat ke Padang lagi. Tapi aku malah merasa sedih ditinggalkan olehnya, padahal tadi malam kami baru saja berantem. Hmm.......mungkin kak Citra tak melihat air mata ku di dalam hati saat melepasnya pergi.
"hati-hati di jalan ya, kak" ucapku sambil cupka-cupki.
"iya, kamu jangan nakal y, jaga mama..." jawab tersenyum
aku hanya mengangguk. Semenit kemudian travel yang mengantarkannya ke Padang pun pergi.
Sedih rasanya harus sendiri lagi.:(
"Ma, kok kak tia(sekarang: 22th) ga pulang?"
"oh, dia kan harus kerja, waktu luangnya sangat sedikit, jadi insyaAllah lebaran dia pulang kok"
aku melihat senyum mama saat itu, tapi raut letihnya enggan meninggalkan wajahnya yang ayu.
Malamnya papa ngasi kabar kalau besok dia mau qeqah-in anak laki-lakinya yang pertama, kalau dibilang ga iri berarti aku munafik, coba bayangkan masa kami bertiga anak dari keluarga pertamanya belum diqeqah-in eh ini malah yang dari keluarga kedua pengen buru-buru ckckck.....apa daya dia kan anak laki-laki satu-satunya tapi (maaf) dia lahir dari rahim yang salah.
Pas hari H qeqah anak laki-laki papa, Wahid aku ngajak temen-temen dari Rohis Azhar, Ano', Maulana, Hentio. Karena udah keburu janji sama papa, jadi dibawa aj sekalian yang doyan makan. Kami perginya pulang ekskul sekitar jam 1 siang habis zuhur-an di sekolah. wah, bener-bener nih tante Ratih(aku manggil istri papa tante) masa baksonya ga da rasa. Pengen nangis rasanya makannya, ga enak......pphhhhh....tapi telan wae'laa....
aku pandangi wajah mereka satu-satu, tapi ekspresinya biasa-biasa aja tapi bermakna orang kelaperan ga makan seharian. Alhamdulillah kalau begitu, dalam hati berjanji 'guys, maaf ya, maunya tadi aku cobain dulu, kalo ga enak mah ga bakal aku kasi kalian, mending aku ajak ke rumah aja makan siang masakan mama (lebih berasa)'
Acaranya pun selesai mereka pulang, dan aku pun terpaksa nunggu diantar papa pulang. Ba'da shalat Maghrib papa ngantar pulang, di perjalanan......
"Alhamdulillah hari ini papa udah selesai qeqah-in Wahid, nah giliran yang lainnya nanti dulu ya, itu aja si wahid itu kan karena dia laki-laki jadi kewajibannya lebih berat ga papa kan?"
"iya, ga papa.....yang penting papa lunasin qeqahnya kami"
tiba-tiba papa malah bahas ini....
"oh iya, papa kan ga bisa qeqah-in kak Lia. kasihan anak itu"
"lho kok gitu pula pa?"
"ya iyalah, kak Lia itu kan bukan darah daging papa..."
appppaaaaaaaaaa..........................................????????!!!!!!!!!!!!!!!
"lho...lho....kok papa ngomongnya gitu...???!!" nada ku mulai meninggi dan kecewa mengapa papa tega berkata seperti itu??
"lho..emang kamu ga tau ya????...........astaghfirullah al-adziim....papa khilaf, papa kira kamu sudah tau mengenai hal ini..apa kak Citra ga pernah cerita mengenai ini?"
"enggak!" aku bersikap biasa saja karena ingin tahu apa ceritanya.
"Astaghfirullah seharusnya papa ga ngomong hal ini sama kamu....Astaghfirullah...."
"emangnya ada apa sih, paa...???!!" aku mulai tak sabar
"tapi kamu jangan cerita ke siapa pun ya, setelah kamu mendengar ini...."
"iya..iya..."
"begini, sebenarnya...kakakmu itu bukanlah anak kandung papa. Dia sebenarnya dulu lahir karena mama mu kecelakaan dengan pacarnya. Lalu, karena pacarnya ga mau bertanggungjawab makanya kakekmu suruh papa tanggungjawab. Yang lebih menyedihkannya lagi pacar mamamu itu suruh gugurin kakak mu itu jadi dia pesanin tiket bus ke Padang nanti di perjalanan janinnya dibuang di tengah jalan kemudian pacarnya itu ngajak kabur.."
Astaghfirullah al-adziim...bejatnya laki-laki itu.....
"...katanya begitu dalam surat, papa sempat baca itu saat papa sudah menikah sama mamamu dan kak Lia udah lahir..karena perasaan seorang ibu ya, mana mau dia gugurin darah dagingnya sendiri..akhirnya kakekmu nangis-nangis berlutut di kaki papa minta nikahin mama mu, lagipula saat itu kan papa udah cukup mapan, alias sudah bekerja. Ya sudah, karena kasihan dengan kakekmu sampai berlutut begitu dan menangis, selain itu papa dulu juga naksir mama mu ya sudah papa terima lamaran itu...
Bersambung....

Qibla Pointer: Guide to Qibla Direction (Mecca) using Google Map

Qibla Pointer: Guide to Qibla Direction (Mecca) using Google Map